Laila dan Majnun, juga dikenali sebagai Laila dan Lelaki Gila (Bahasa Arab: مجنون ليلى, Majnun-Layla atau قيس وليلى, Qays dan Layla) ialah cerita cinta klasik dari Timur Tengah. Ia berdasarkan kisah benar seorang pemuda bernama Qays ibn al-Mulawwah (Bahasa Arab: قيس بن الملوح) dari utara semenanjung Arab semasa era dinasti Umayyah pada abad ketujuh.[1]
Terdapat dua versi cerita ini.
Menurut versi pertama, pemuda ini menghabiskan masanya menggembala kambing bersama sepupunya Laila semenjak kecil sehingga berputik cinta.
Dalam versi kedua pula, ia merupakan cinta pandang pertama. Dalam kedua-dua versi, pemuda ini menjadi gila apabila ayah Laila melarangnya mengawini Laila. Atas sebab ini, pemuda ini dipanggil Majnun Laila yang bermaksud menjadi gila kerana Laila. Daripada pemuda inilah dikatakan lahirnya perbagai puisi Arab yang menggambarkan gelora cinta antara pasangan kekasih.
Kisah Qoismenjadi hikayat melegenda tentang rasa cinta yang terhalang oleh status sosial, ekonomi dan derajat manusia.
berikut ini adalah beberapa contoh syair indah Layla Majnun yang tersohor sampai beberapa belahan dunia.
“Mawaddatuhu taduumu likulli haulin wahal kullu mawaddaatuhu taduumuu”
artinya : cintanya abadi di sepanjang waktu dan apakah cinta ereka (selain Laila) abadi sepanjang waktu
Jika diperhatikan, rangkaian syair diatas terdiri dari 29 huruf arab, yang apabila dibalik dibaca dari belakang, maka akan berbunyi syair dan arti yang sama.
Contoh lain:
“Kesengsaraan ini milikku,
Kesedihan telah menyatu dalam jiwaku
Kenangan tentang bibir yang begitu manis
Telah membelenggu lidahku untuk mengungkapkan pesonanya
Saat sayap cintaku terluka dan tidak dapat terbang
Burung indah mempesona yang telah lama aku cari datang dihadapanku
Sesungguhnya,engkau merangkai pesona bidadari
Dan apakah arti diriku?
Aku tidak mengetahui apapun selain bayanganmu
Tanpa engkau aku tiada.
Khayalanku telah menyatukan kita bercinta
Kita melebur menjadi Satu
Menyatu dalam ketetapan cinta.
Kita adalah cinta tubuh dengan hati yang satu dan jiwa yang sama
Dan lilin dengan satu nyala api murni, semurni surga
Dari bentuk-bentuk yang sama
Digabung menjadi satu
Dua titik menjadi Satu
Tiap jiwa mendukung satu sama lain.”
♥
“Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapakah yang sedang memandangiku?
Apakah ia kecantikan mawar?
Walau bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu
Wahai Layla, aku telah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah di rumpun palem itu, Layla
Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu
Wahai kemanakah engkau saat aku merana, terusir dan kehilangan dirimu?
Hidup hanya menjalar sesaat di uratku dan kemudian bukan milikku sendiri
Tetapi menjadi milikmu
Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku hanya bisa meratap
Mengenang dan menyesali masa lalu
Aku berteman derita dan hinaan.
Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum padanya.
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya.
Diriku selalu diliputi kesengsaraan
Sedang engkau mereguk kebahagiaan
Saat pkiranku hanyut, dalam pesona wajahmu yang memabukkan
Engkau pergi tanpa mengucapkan salam
Wahai surga!Biarkan kematian menjauhkan kami!
Kami adalah dua tubuh namun satu hati
Seperti awan panas dengan hujan di padang rumput
Biarkan aku hanyut dalam kesedihan
Asal jangan biarkan cinta Layla hilang dari jiwaku
Wahai Layla!
Mungkin sebentar lagi kematian akan menjemput
Dunia akan menulis riwayatku
Mereka akan mengatakan telah kukorbankan diri demi rembulan indah
Dengan cahaya malam menjadi mempesona
Ingatkah engkau wahai Layla, saat kita bermain bersama,
Mereguk anggur kebahagiaan?
Engkau dengan mata hitam yang indah, memandang penuh cinta padaku
Dan bibir itu! Akh, aku melihat anggur cinta di sana
Aku melihat betapa bahagia kita berdua!
Tiada seorangpun yang mampu memisahkan kita
Rasa malu dan ketakutan tidak mampu menghancurkan bunga cinta kita
Kebahagiaan tak terlihat, di kuil pengasingan kita
Tapi bawakan aku anggur!
Biarkan aku mabuk !
Jauhkan kesedihan dari diriku!
Rumah tanpa penerangan adalah penjara
Karena penjara benci dengan cahaya .
Tempat yang cocok untuk hati yang patah
Dan tenggelam dalam kesuraman seperti diriku
Adalah kamar bawah tanah yng jauh dari cahaya
Ya Allah!
Selamatkan aku dari kegelapan yang tiada akhir ini!
Berikan aku satu hari saja kesenangan-satu peristiwa menyenangkan!”
♥
“Jiwa orang yang mabuk cinta
Akan merasa sakit karena rindu
Sebab pecinta ingin selalu bersama
Tai halangan tiada henti-henti
Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit tandus
Walau tiada makanan, tetapi mereka tetap bersama
Atau seperti burung merpati
Walau terbang bebas di angkasa luas
Tetap saja kembali pada kekasihnya
Atau laksana ikan tuna
Tetap tabah walau dipermainkan ombak
Timbul-tenggelam di laut
Walau selalu dicaci dan dicela
Batin menjerit tubuh binasa
Meski lapar dan disia-siakan
Namun jiwa pecinta akan selalu memaafkan
Sebab pecinta tidak membutuhkan pujian
Dan pengorbanan pecinta tidak akan sia-sia
Kulihat bintang kutub dan bintang kejora
Demikian pula cinta
Sekecil apapun, cinta berkuasa di singgasana hati
Dan bagi pecinta
Kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya
Karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan
Jiwaku dan jiwa Layla akan tetap bersama
Andaipun tidak di dunia
Pasti jiwa kami akan bersatu di liang lahat
Dan kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu selama-lamanya
Mataku berkurban untuk Layla dengan segenap curahan airmata
Berharap liang lahatmu adalah liang lahatku
Agar jenazah kita bersatu.”
♥
“Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia.
Apabila disebut nama Qays
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah, hampir saja aku gila karena memikirkannya
Dadaku sesak karena rindu
Kaumku mengancam
Jika Qays tidak berhenti menyebut namaku
Maka darahnya akan tumpah membasahi bumi
Bunuhlah aku dan biarkan Qays
Setelah nyawaku melayang, jangan kalian hinai
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan memudahkan tidak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegah
Kucampur tinta dengan airmataku
Untuk menulis surat padanya
Inilah saat perpisahan bagi orang
Yang akan kukorbankan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya”
♥
“Adakah malam bisa menyatukan diriku dengan Layla?
Atau biarkan angin malam menyebut namanya
Sebagai ganti pesona tubuhnya
Karena sama saja bagiku
Melihat Layla atau menatap purnama”
♥
Demiki contoh beberapa syair Layla Majnun, semoga bermanfaat.